Rabu, 11 Juli 2018

CARA MEMBUAT GARAM BERYODIUM



PEMBUATAN GARAM BERYODIUM



Garam konsumsi selain harus memenuhi persyaratan kadar NaCl minimal 94,7%, juga harus mengandung iodium berkisar antara 30-80 ppm (30-80 mg iodium dalam 1kg garam). Perlunya penambahan iodium ini (ditambahkan dalam bentuk KIO3 kalium iodat) dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan tubuh manusia akan zat iodium. Apabila tubuh kekurangan zat ini akan menyebabkan membesarnya kelenjar Thyroid yang lebih dikenal dengan nama penyakit gondok.
Tetapisebenarnya ada penyakit lain yang justru membahayakan yaitu tidak sempurnanya perkembangan intelegensia-kecerdasan maupun pertumbuhan tubuh yang tidak normal. Masalah terakhir inilah yang sangat membahayakan masa depan generasi muda bangsa.
Pengertian tentang Garam Beryodium
Adalah garam konsumsi yang mengandung komponen- komponen utama Natrium Clorida (NaCI) minimal 94,7%, air laut maksimal 5% dan Kalium lodat (K103) sebanyak 30-80 ppm (mg/kg) serta senyawa-senyawa lainnya.
Keppres No. 69/1994
Garam konsumsi didasarkan pada dasar hukum Keputusan Presiden Republik Indonesia No 69/1994 Tanggal 13-10-1994  tentang pengadaan garam beryodium serta SK Memperindag No. 77/M/SK/5/1995 tanggal 04-05-1995 tentang persyaratan tehnis pengolahan, pengawasan dan pelabelan garam beryodium memberikan petunjuk tehnis untuk pengadaan garam beryodium yang memenuhi syarat
Peralatan proses iodisasi
Proses iodisasi  harus dilakukan secara mekanis dan kontinyuuntuk menjamin Homogenitas kandungan iodium dalam garam, peralatan atau mesin yang di gunakan untuk iodisasi antara lain :
1. Molen
2. Mesin dengan pengering putar
3. Belt Conveyor
4. Screw Conveyor
5. Sprayer( tekanan cukup tinggi)
Cara kerja
  • Timbang garam yang akan di iodisasi 
  • Masukan garam yang akan di iodisasi ke dalam bak pengadukan yang telah di siapkan dan di ratakan permukaannya dengan ketebalan 5 Cm.
  • Masukan larutan KI03 ke dalam tabung alat sprayer yang telah di buat sesuai dengan formula yang di tentukan.
  • Lakukan penyemprotan 1/3 bagian dari kebutuhan dan di ulang secara merata sambil diaduk sampai Homogen
  • Lakukan uji hasil dengan iodine test, bila belum di dapat hasilnya yang memenuhi syarat, lanjutkan pengadukan sampai mutu terpenuhi.

Formula
Untuk mendapatkan garam beriodium dengan kualitas 40 – 50 PPM maka formula sebagai berikut :
  1. 1. Garam                                     : 25 ton          : 20 ton
  2. 2. KI03                                         : 1 kg               : 1 kg
  3. 3. Air pelarut KI03                      : 25  liter         : 20 liter
Adapun kebutuhan larutan Ki03 tergantung dengan jumlah garam beriodium yang akan di produksi. 

PROSES PEMBUATAN GARAM BERIODIUM

Bahan Baku
a. Garam
Garam yang di gunakan sebagai bahan baku adalah garam yang putih, bersih dan kering dengan kadar air maksimal 5 %. Apabila  kedua hal tersebut diatas tidak terdapat dalam dalam garam yang akan di gunakan sebagai bahan baku, maka harus dilakukan pencucian terlebih dahulu sampai putih dan bersih dan kering.
Bahan baku garam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
  1. Kemurnian minimal 94,7%
  2. Ukuran partikel/butir berkisar antara 1-1,5 mm.
  3. Kadar air tidak lebih dari 5%
  4. Mempunyai sifat curai.
  5. Mempunyai Bulk Density (berat jenis) kira-kira sama dengan air.
Kalium  Iodat ( Kio3)
Persyaratan umum Kalium Iodat yang digunakan yakni:
  • Untuk bahan pangan (food grade)
  • Kadar KIO3 minimal 99%
  • Kehalusan 100 mesh
  • Tidak mengandung logam berat berbahaya seperti Pb, Hg, Zn, Cu, As
Penyiapan larutan iodat yang diperlukan untuk Iodisasi dihitung dengan standar kadar iodium 50 ppm, artinya 50 iodium per kilogram garam. Perbandingan jumlah air untuk melarutkan kalium iodat dan jumlah garam yang harus dicampurkan sangat tidak seimbang. Masalah pencampuran kalium iodat, air dan garam hingga homogen dalam mesin iodisasi merupakan hal yang sangat penting.
Air
Air yang digunakan sebagai pelarut harus memenuhi syarat sebagai air minum.
Tabel Perbandingan Garam KIO3 dan Air untuk Mendapatkan Garam yang Memenuhi Syarat 50 ppm

Garam (kg)
KIO3 (gr)
Air (Liter)
50
2,5
0,05
100
5
0,10
200
10
0,20
300
15
0,30
400
20
0,40
500
25
0,50
600
30
0,60
700
35
0,70
800
40
0,80
900
45
0,90
1000
50
1
2000
100
2
3000
150
3
4000
200
4
5000
250
5
6000
300
6
7000
350
7
8000
400
8
9000
450
9
10.000
500
10
20.000
1000
20
30.000
1500
30
40.000
2000
40
50.000
2500
50

Teknologi  Proses Produksi Garam  Beryodium
Teknologi pengolahan garam beryodium dilakukan melalui  proses-proses sebagai berikut :
  • proses pencucian
  • proses penirisan / pengeringan
  • lodisasi
  • pengemasan dan pelabelan

Proses pencucian garam
  • Pencucian garam dimaksudkan untuk membersihkan garam dari kotoran yang terkandung dalam garam berupa pasir, lumpur dan untuk mengurangi kandungan kalsium (Ca ) Sulfat ( SO4 ) dan senyawa tak larut lainnya.
  • Sebagai larutan pencuci digunakan larutan garam jenuh atau Brine dengan kepekatan antara 20-25 Be dengan kandungan magnesium ( Mg ) mak 10 PPM. Perbandingan larutan pencuci terhadap garam minimal 1:6.
  • Larutan garam dapat dibuat  pada bak – bak dari tembok semen yang saling berhubung sehingga larutan dapat mengalir dari bak awal ke bak akhir secara limpahan (over flow )
  • Sebelum di lakukan pencucian, gumpalan garam di pecah terlebih dahulu dengan crusher sambil dialiri larutan pencuci, selanjutnya melalui selokan talang masuk kedalam bak – bak pencucian.
  • Larutan pencucian dari bak penampung dapat di daur ulang untuk mencuci kristal garam yang telah digiling. Sedangkan larutanpencucian yang sudah pekat ( melebihi 25 Be ) perlu digulirkan dengan air tawar atau air laut.
  • Proses pencucian dilakukan dengan memasukan kristalisasi garam kedalam bak-bak penampung ( tembok semen yang berisi larutan pencuci BRINE ) lalu secara mekanis garam dipindahkan dari bak pertama sampai kebak terakhir.
  • Untuk memperoleh hasil yang baik dilakukan pencucian secara bertingkat sebanyak 5-6 kali ( dapat di gunakan 5-6 bak – bak tembok semen yang ukurannya bervariasi tergantung pada kapasitas produksi garam ).
  • Pencucian garam dapat dilakukan pula dengan menggunakan peralatan mekanis seperti STATIC DRAINER, SCREW CONVEYOR atau MIXING CHAMBER. 
Proses Pengeringan Garam
pengeringan garam dilakukan dengan maksud agar Lindi garam yang masih tercampur dengan air agar tuntas, dengan cara ditiriskan dan air yangmasih ada dapat hilang, sehingga kualitas garam menjadi lebih tinggi. Pengeringan dapat dilakukan dengan jalan membuat gunung-gunungan garam dan dibiarkan sampai beberapa hari, baru kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan sebelum  dilakukan proses iodisasi.
Proses Penirisan
  • Dengan menggunakanalat Centritue untuk mengurangi kandungan air, sehingga mempersingkat waktu pengeringan.
  • Menimbungaram di tempat terbuka dengan lahan yang tidak kedap / menahan air selama kurang lebih 4 hari.
  • Untuk mendapatkan kadar air 5%, dilakukan pengeringan lanjutan, sepertidalamtungku putar atau Oven.
Kemasan dan label
Syarat-Syarat Kemasan:
Garam konsumsi yang diproduksi untuk diperdagangkan harus dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, kedap air atau plastik yang memiliki ketebalan 0,45-0,6 mm, dengan warna transparan.
Syarat-syarat label:
Pada wadah/kemasan garam beriodium harus tertera keterangan-keterangan yang jelas/terang yang dicetak sebagai berikut:
  • Nama Perusahaan
  • Kandungan Kalium Iodat 30-80 ppm
  • Berat isi setiap kemasan dalam satuan gram atau kg.
  • Tanggal pembuatan/produksi (Kode Produksi)
  • Nomor pendaftaran dari Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Kementerian Kesehatan.
  • Alamat Perusahaan
Standar berat isi kemasan (netto) garam konsumsi beriodium yang diijinkan untuk beredar pada tingkat pasar adalah:
  • Isi bersih 5 kg           (5.000 gram)
  • Isi bersih 4 kg           (4.000 gram)
  • Isi bersih 3 kg           (3.000 gram)
  • Isi bersih 2 kg           (2.000 gram)
  • Isi bersih 1 kg           (1.000 gram)
  • Isi bersih 0,5 kg        (500 gram)
  • Isi bersih 0,25 kg      (250 gram)
  • Isi bersih 1 ons         (100 gram)
Cara Pengemasan:
  • Gunakan timbangan atau takaran yang memenuhi syarat kemetrologian sehingga dapat menjamin terpenuhi berat isi kemasan sesuai dengan yang tertera di label.
  • Tutup kemasan dengan menggunakan alat laminating atau alat pemanas yang dapat menjamin tidak terjadinya kebocoran pada kemasan tersebut.
PROSES PEMBUATAN GARAM BERIODIUM JENIS CURAI

DAFTAR PUSTAKA
  1. Aris Kabul, 2011. Ramsol,Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia    Jakarta.
  2. Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu 2002. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.Pusat Riset Wilayah Laut dan  Sumberdaya  Nonhayati. Proyek Riset Kelautan dan Perikanan .
  3. Pemberdayaan Garam Rakyat.2003. Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan
  4. Panduan Teknis Garam Beryodium 2010, perusahaan garam rakyat PT.Apel merah, Rembang

Contoh Khutbah Jumat "Haji"

الحمد لله الذي جَعَلَ كَلِمَةَ التَوْحِيْدِ لِعِبَادِهِ حِرْزاً وَحِصْناً. وَجَعَلَ الْبَيْتَ الْعَتِيْقَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْناً، وَأَكْرَمَهُ بِالنِّسْبَةِ إِلَى نَفْسِهِ تَشْرِيْفاً وَتَحْصِيْناً وَأَمْناً، وَجَعَلَ زِيَارَتَهُ وَالطَوَافَ بِهِ حِجَاباً بَيْنَ اْلعَبْدِ وَبَيْنَ العَذَابِ وَمَجْناً، وَالصَّلاَةُ عَلَى مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ وَسَيِّدِ الأُمَّةِ وَعَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ قَادَةِ الْحَقِّ وَسَادَةِ الخَلْقِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْماً كَثِيْراً. أما بعد…
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ (197) الحجوَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ (52) المؤمنون
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Alhamdulillah, Allah SWT masih melimpahkan karunia dan nikmatNya kepada kita. Perlunya kita mensyukuri kembali nikmat-nikmat ini dengan memperbanyak beribadah. Tidak hanya bersyukur secara lisan saja, akan tetapi kita harus manivestasikan dengan gerak, amal dan kegiatan yang nyata.

Kebersamaan dan Kesatuan
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Pada bulan Dzul Hijjah -bulan yang dikenal dengan symbol pengorbanan, perjuangan dan puncak ibadah- kita menyaksikan jutaan umat Islam dari seluruh dunia hadir di Makkah Al-Mukarramah untuk menteladani jejak Nabiullah Ibrahim as dan Rasulullah Muhammad SAW.
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (27)
27.  Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. QS 22:27
Dalam Syari’at Islam, banyak kita temukan bentuk ibadah yang menunjukkan sebuah kesatuan dan persatuan ummat ini. Seperti sholat Jama’ah, sholat Jumu’at, sholat kusuf (gerhana), sholat istisqa dan puasa Ramadhan. Ibadah-ibadah ini memuat makna kebersamaan, ketaatan dan persatuan. Ada gerak dan kegiatan yang sama. Ruku’ bersama, sujud bersama, kumpul bersama, disiplin dalam berbuka dan sahur. Bahkan hal ini seperti miniature pemerintahan dan Negara. Ada pemimpin, ada yang dipimpin, ada aturan dan system yang harus dipatuhi.

Persatuan dan Kesatuan Ummat adalah Keniscayaan
Ma’asyiaral Muslimin Rahimakumullah….
Tabiat ummat ini adalah satu kesatuan yang tidak dibenarkan bercerai berai. Mereka adalah bak bangunan yang kokoh. Bagian yang satu saling menguatkan bagian yang lain. Semen, bata, pasir, air dan besi merupakan kesatuan unsure perekat bangunan. Unsure yang menguatkan dan mengokohkan bangunan tersebut bila bersatu dalam satu kesatuan. Oleh karenanya, Rasululllah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ جَدِّهِ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ. رواه البخاري
Dari Abu Burdah bin Abdullah bin Abu Burdah, dari kakeknya, dari Abu Musa ra, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan yang satu sama yang lain saling menguatkan. Dan beliau mengeratkan jari jemarinya. HR Imam Al-Bukhari
Ummat ini juga digambarkan oleh Rasulullah SAW seperti satu jasad. Setiap organ tubuh saling memerlukan dan saling sinergi dalam satu kesatuaan yang sempurna. Baik dalam suka maupun duka. Di saat salah satu oragan tubuh kita ada yang sakit, pasti akan berpengaruh pada organ tubuh yang lain. Bila gigi kita ada yang sakit, maka akan berpengaruh pada saraf mata, selera makan turun dan kenyamanan tidur terganggu. Akan tetapi seluruh organ tubuh saling memahami dan ikut larut dalam rasa duka dan sakit.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Betapa indah, ketika kita menemukan keharmonian yang sempurna dalam tubuh ummat ini. Saling mengasihi, saling tolong menolong dan saling menguatkan satu sama lain. Larut dalam duka dan suka saudara-saudaranya seiman. Rasulullah SAW ketika mengikat perjanjian dengan Kaum Anshar sempat bersabda:
…فَهَلْ عَسَيْتَ إِنْ نَحْنُ فَعَلْنَا ذَلِكَ ثُمَّ أَظْهَرَكَ اللهُ أَنْ تَرْجِعَ إِلَى قَوْمِكَ وَتَدَعَنَا قَالَ فَتَبَسَّمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ بَلِ الدَّمُ الدَّمُ وَالْهَدَمُ الْهَدَمُ أَنَا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مِنِّيْ أُحَارِبُ مَنْ حَارَبْتُمْ وَأُسَالِمُ مَنْ سَالَمْتُمْ. تهذيب سيرة ابن هشام، 1/130
“Bila kami melakukan itu semua kemudian Allah memenangkan engkau, apakah engkau akan kembali ke kaummu dan meninggalkan kami. Rasulullah SAW senyum kemudian bersama: “akan tetapi darah dengan darah, kehancuran dengan kehancuran, aku bagian dari kamu dan kamu bagian dariku, aku akan memerangi kaum yang kamu perangi dan berdamai dengan kaum yang kamu berdamai dengan mereka. (Tahdziib, Sirah Ibnu Hisyam)
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. رواه مسلم
“Dari An-Nu’man bin Basyir berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kecintaan mereka, kasih mengasihi di antara mereka dan saling tolong menolong seperti jasad. Apabila satu organ merasa sakit maka berpengaruh terhadap seluruh jasad dengan jaga (tidak bisa tidur) dan panas. HR Imam Muslim

Haji Simbol Persatuan Dunia Islam
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Seruan dan panggilan qurani terhadap orang-orang beriman juga mengisyaratkan adanya persatuan dan kesatuan. Karena selalu menggunakan bentuk jama’ (Plural) sebelum perintah dan larangan. Dan yang merupakan simbol persatuan ummat dalam syari’at adalah ibadah haji. Di mana seluruh ummat Islam dari bermacam bangsa, beragam bahasa dan berbeda warna hadir di tanah suci Makkah dalam rangka melakukan ibadah haji. Mereka berpakaian serba putih, yang merupakan warna koustum ihram yang disunnahkan. Mereka berkumpul di tempat yang sama pada saat wuquf. Mereka disatukan oleh ruang dan lorong waktu untuk melakukan kegiatan ibadah haji ini.
Inilah fenomena persatuan dunia Islam dalam bingkai ibadah. Dan yang seharusnya bisa dipraktekan dalam kehidupan ummat Islam secara internasional dan regional. Haji yang merupakan ibadah yang menitik beratkan unsur maliyah (harta) dan jasadiyah (fisik) harus menjadi inspirasi ummat ini untuk membangun jaringan di antara mereka yang menuju terbentuknya “Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur” dan selanjutnya lahir “Pemerintahan Ala Manhajin Nubuwwah” atau “Khilafah Islamiah” yang menjadi soko guru dunia.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Untuk menuju proyek besar ummat ini, perlu langkah-langkah berikut ini:
  • Pemahaman yang utuh tentang makna ibadah haji
  • Implementasi makna haji dalam kehidupan sehari-hari
  • Pemanfaatn musim haji untuk sharring dan koordinasi ulama dan umara
Tiga hal ini bila dilakukan oleh setiap muslim akan memudahkan lahirnya persatuan dan kesatuan dunia Islam. Minimal adanya persatuan ummat secara regional. Karena tiga hal ini merupakan cerminan dari usaha islamisasi kehidupan dan merapatkan barisan diantara tokoh, pemimpin dan cendikiawan ummat. Haji mabrur yang merupakan target tertinggi dalam ibadah haji adalah predikat yang inherent dengan adanya perubahan dan perbaikan dalam diri orang yang melaksanakan ibadah haji. Inilah makna islamisasi kehidupan.
Semoga kita menjadikan ibadah haji dan maknanya sebagai sarana perbaikan menuju proyek persatuan dan kesatuan ummat, baik secara regional maupun International.
بَارَكَ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنَا وَإِيَاكُمْ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَنَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ فَإِنَّهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.


BACA : http://ayocaritauaja.blogspot.com/2018/07/garam-krosok-juwana-pati.html

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian: Pendekatan, Jenis & Contoh


Metodologi penelitian merupakan prinsip dasar tentang metode riset yang diterapkan dalam proses penelitian. Metodologi berbeda dengan metode. Kedua istilah tersebut memang sering kali digunakan secara bergantian karena memiliki arti yang mirip. Ilmuwan sosial bernama Andrew Abbott (2001) membedakan definisi kedua istilah tersebut sebagai berikut: metodologi merupakan prinsip dasar, sedangkan metode adalah teknik penerapannya.
Postingan ini akan membahas tentang metodologi penelitian, khususnya dalam riset sosial. Saya menggunakan usulan definisi Andrew Abbott mengenai metodologi penelitian sosial karena mudah dipahami. Sebagai prinsip dasar, pembahasan di postingan ini akan menekankan pengertian dan prinsip-prinsip yang pokok dari suatu metode.

Metodologi, secara etimologi bisa diartikan sebagai ilmu tentang metode. Peneliti yang menguasai metodologi penelitian bisa dianggap menguasai bagian paling fundamental dari proses penelitian. Teknik penerapan metodologi penelitian bisa disebut sebagai metode. Dengan kata lain, istilah metode sama dengan teknik. Sebagai contoh, ”metode analisis data” bisa juga kita sebut ”teknik analisis data”.
Dalam penulisan proposal atau laporan penelitian, bab metodologi tidak hanya meliputi metode, namun lebih dari itu, seperti sampel dan populasi misalnya. Postingan ini akan membagi pembahasan ke dalam dua bagian,yaitu pendekatan dan jenis penelitian yang disertai contoh. Struktur pembahasannya sebagai berikut:
Pendekatan penelitian
  • Kuantitatif
  • Kualitatif
  • Campuran/gabungan/mix method

Jenis & contoh metodologi penelitian

  • Penelitian survey
  • Penelitian eksperimental
  • Penelitian cross-sectional
  • Penelitian longitudinal
  • Penelitian grounded
  • Penelitian fenomenologi
  • Penelitian etnografi
  • Penelitian naratif
  • Studi kasus
  • Penelitian komparatif
Kita mulai dengan pendekatan penelitian, dilanjutkan dengan jenis metodologi penelitian. Tiga pendekatan penelitian berikut lumrah dipelajari dalam metode penelitian sosial.

Pendekatan penelitian

Kuantitatif

Pendekatan penelitian kuantitatif menggunakan desain riset yang juga kuantitatif. Pendekatan ini menitikberatkan pada aspek numerik sebagai datanya, baik dalam proses pengumpulan maupun hasil analisisnya.
Pendekatan penelitian kuantitatif diterapkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang bisa dikuantifikasi atau diukur dengan angka. Sebagai contoh, penelitian tentang “Tingkat ketimpangan sosial di Indonesia”. Ketimpangan sosial merupakan variabel yang bisa diukur dengan angka.
Pendekatan kuantitatif umumnya menerapkan proses deduksi dalam hubungan antara data dan teori. Deduksi artinya, penarikan kesumpulan dimulai dari adanya teori yang berada di kepala peneliti untuk kemudian diuji dengan data di lapangan.
Sebagai contoh, penelitian tentang kesenjangan sosial. Peneliti memiliki teori yang diperoleh dari penelitian sebelumnya bahwa ”kesenjangan sosial diakibatkan oleh tingginya tingkat urbanisasi”. Teori tersebut diuji di lapangan melalui metode yang diterapkan, misalnya menghitung hubungan antara tingkat urbanisasi dengan gap pendapatan daerah antara desa dan kota.
Proses ini mirip seperti proses penelitian dalam ilmu alam. Model penelitiannya bisa disebut sebagai positivisme, dimana realitas sosial sebagai objek yang terpisah dari pengalaman peneliti. Beberapa pertanyaan yang sekiranya bisa dijawab secara kuantitatif selayaknya menggunakan pendekatan kuantitatif.
Kualitatif
Pendekatan kualitatif menekankan pada aspek kualitas. Artinya, mengelaborasi makna sosial dan kultural yang tidak mudah diukur dengan angka untuk menjelaskan fenomena yang ditelitinya. Data penelitian kualitatif biasanya bersifat deskriptif atau naratif.
Jelas bahwa pendekatan ini diterapkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat kualitatif. Sebagai contoh, penelitian tentang “Seni mural sebagai kritik sosial”. Bagaimana para seniman jalanan mengekspresikan kritik sosialnya melalui seni mural tidak bisa diukur dengan angka. Oleh karena itu, riset seperti ini lebih relevan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Bila ditarik ke titik ekstrim, pendekatan kualitatif bisa disebut sebagai kebalikan dari pendekatan kuantitatif. Sebenarnya, para peneliti berdebat soal hal ini. Saya menggunakan penjelasan yang ekstrim untuk mempermudah pemahaman saja. Misal, bila riset kuantitatif cenderung menerapkan proses deduktif dalam menjelaskan hubungan antara teori dan data, maka riset kualitatif cenderung menerapkan proses induksi.
Proses induksi artinya, penarikan kesimpulan berasal dari data lapangan. Dengan kata lain, teori muncul sebagai produk temuan lapangan. Prosesnya dimulai dengan turun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Data yang telah terkumpul diolah sehingga menjadi suatu teori.
Secara ekstim pula, pendekatan kualitatif menolak model penelitian ilmu alam yang positivistik. Dalam ilmu sosial, menurut pendekatan ini, peneliti sebagai individu memiliki peran sebagai interpreter dunia sosial. Artinya, realitas sosial merupakan bagian dari pengalaman peneliti.
Campuran atau mix method
Pendekatan campuran merupakan gabungan antara pendekatan penelitian kuantitatif dan kuantitatif. Beberapa kalangan ilmuwan sosial cukup skeptis pada pendekatan yang ketiga ini. Skeptisisme mereka biasanya dibangun di atas asumsi bahwa tidak mungkin kedua pendekatan diterapkan bersamaan secara seimbang.
Pada kenyataannya memang penerapan mix method selalu menitikberatkan pendekatan yang satu dan menempatkan pendekatan yang lain sebagai pelengkap saja. Inilah yang menjadi dasar munculnya pandangan skeptis pada pendekatan campuran.
Pembedaan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif juga tak disetujui oleh beberapa ilmuwan sosial. Sebagaimana telah disinggung di awal, postingan ini hanya untuk membangun pemahaman awal saja tentang metodologi penelitian, bukan membahas lebih jauh tentang debat metodologis.
Pendekatan campuran diterapkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang apabila tidak dijawab dengan menggunakan kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif, hasil penelitian akan dianggap kurang valid atau kurang berkualitas.
Pertimbangan ini tentu harus didasarkan pada ketersediaan data dan kemampuan peneliti untuk mengombinasikan pendekatan keduanya. Tentu saja tidak mudah mengombinasikan jenis data yang berbeda bahkan kadang saling bertolak belakang.
Contoh penelitian yang bisa menerapkan pendekatan gabungan, misalnya penelitian tentang ”Daya tahan masyarakat Merapi dalam menghadapi resiko bencana gunung Meletus”. Jika peneliti yakin bahwa kombinasi data kualitatif dan kuantitatif adalah cara terbaik untuk menjawab rumusan masalahnya, maka mix method relevan digunakan.

Penjelasan berikutnya adalah jenis-jenis metodologi penelitian disertai contohnya. Penjelasan ini merupakan ringkasan dari versi yang lebih panjang yang telah saya tulis di beberapa postingan blog sebelumnya. Ada sebelas jenis metodologi penelitian. Oleh karena jenis penelitian yang dibahas di sini masuk dalam postingan metodologi penelitian, maka saya akan lebih menekankan pada pengertian atau definisinya, ketimbang teknik implementasinya.

Jenis dan contoh metodologi penelitian

Penelitian survey

Metodologi penelitian survey merupakan bagian dari penelitian kuantitatif yang data primernya dikumpulkan menggunakan angket atau kuesioner sebagai instrumen penelitiannya. Desain kuesioner penelitian survey ditujukan pada individu yang menjadi responden.
Responden penelitian survey merupakan sampel penelitian yang mewakili populasi. Perlu diketahui perbedaan antara populasi dan sampel di sini. Populasi merupakan keseluruhan penduduk, sedangkan sampel adalah mereka yang mewakilinya. Mereka yang dipilih sebagai sampel harus representatif. Oleh karena itu, peneliti menerapkan teknik sampling yang relevan untuk mendapatkan sampel yang representatif.
Contoh penelitian yang bisa menerapkan metodologi survey, misalnya penelitian tentang ”Persiapan Usaha Kecil Menegah (UKM) di Jakarta dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Kuesioner didesain untuk ditujukan kepada beberapa UKM di Jakarta yang menjadi sampel penelitian.
Penelitian eksperimental
Jenis metodologi penelitian ini juga merupakan tipikal riset kuantitatif. Peneliti melakukan eksperimen dengan tujuan yang jelas, misalnya ingin melihat efektivitas program yang akan diterapkan atau tidak nantinya.
Metodologi penelitian eksperimental umumnya membagi objek penelitian ke dalam dua kelompok. Satu kelompok dimanfaatkan sebagai target, sedangkan kelompok yang lain sebagai kontrol. Kelompok target yang dimaksud adalah target eksperimen.
Kelompok kontrol berfungsi sebagai pembanding outcome dengan kelompok target. Hasil perbandingan antara dua kelompok inilah yang merupakan hasil riset eksperimental. Contoh penelitian yang bisa menerapkan metodologi eksperimental, misalnya penelitian tentang “Pengaruh Ruang Terbuka Hijau terhadap Penurunan Tingkat Agresivitas Warga Kota”.
Peneliti pada mulanya mendefinisikan dua kota yang masyarakatnya punya kareakteristik relatif sama. Misalnya, sama-sama agresif dan cepat marah. Di salah satu kota yang dijadikan target, peneliti membangun beberapa ruang terbuka hijau. Kota satunya berperan sebagai kelompok kontrol. Hasilnya akan menunjukkan apakah ada perbedaan tingkat agresivitas yang signifikan.

Penelitian cross-sectional

Penelitian cross-sectional pada dasarnya mirip dengan penelitian survey. Tipikal penelitian ini juga kuantitatif. Istilah cross-sectional menekankan pada variasi dari hasil keterlibatan beberapa variabel. Penelitian cross-sectional pada umumnya menganalisis lebih dari satu kasus pada saat yang bersamaan.
Variasi yang ingin dilihat dengan mennerapkan jenis penelitian ini bisa meliputi variasi antar individu, keluarga, organisasi, negara dan sebagainya. Konsekuensinya, sampel penelitian harus berukuran besar dan memungkinkan untuk ditemukannya varian antar kasus atau variabel.
Contoh riset yang bisa menerapkan jenis penelitian ini, misalnya, ”Kualitas Hidup Masyarakat di Negara-Negara ASEAN”. Penelitian ini dapat dimulai dengan pengumpulan data statistik. Bisanya, peneliti menggunakan data set yang sudah tersedia. Data tersebut menunjukkan beberapa variabel yang akan dianalisis di semua atau beberapa negara ASEAN.

Penelitian longitudinal

Penelitian longitudinal merupakan desain penelitian yang diterapkan untuk mengukur suatu perubahan atau perkembangan fenomena dalam jangka panjang. Metodologi penelitian ini bisasanya menerapkan survey untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian. Penelitian longitudinal bisa dikatakan tidak sering dilakukan dalam penelitian sosial. Biaya dan waktu yang dibutuhkan penelitian ini tergolong sangat tinggi.
Pada penelitian longitudinal, peneliti menerapkan survey kepada beberapa responden yang menjadi sampel. Dalam jangka waktu yang telah ditentukan, sampel penelitian harus didatangi lagi minimal sekali untuk survey. Penelitian longitudinal dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu studi panel dan studi cohort.
Panel studi mengambil sampel secara random. Biasanya sampel merupakan representasi dalam skala nasional atau aspek geografis tertentu. Cohort studi mengambil sampel secara random namun berdasarkan karakteristik yang sama atau mirip, misalnya lahir pada tanggal yang sama atau minggu yang sama. Keduanya hanya dibedakan berdasarkan proses pengumpulan datanya.
Penelitian grounded atau grounded research
Berbeda dengan beberapa jenis metodologi penelitian sebelumnya, jenis penelitian grounded merupakan tipikal riset kualitatif. Penelitian ini menekankan pada intensi untuk menghasilkan teori baru yang berasal atau ”grounded” pada data lapangan. Dengan kata lain, teori lahir dari keterlibatan partisipan yang menghasilkan data lapangan.
Peneliti yang menerapakan jenis riset ini tidak menggunakan konsep atau teori yang telah diketahui dari literatur atau sumber lain. Peneliti meninggalkan teorinya karena yakin, data lapangan bisa menunjukkan teori baru yang lebih tinggi validitasnya. Teori baru yang dihasilkan menyiratkan upaya eksplorasi data yang mendalam dalam proses pengumpulan dan analisisnya.
Jenis penelitian ini lahir dari disiplin sosiologi. Pada umumnya, peneliti mempelajari tindakan dan interaksi sosial yang terjadi sebagai fokus penelitiannya. Penelitian ini melibatkan beberapa individu sebagai partisipan penelitian.

Penelitian fenomenologi

Penelitian fenomenologi mirip dengan penelitian grounded. Apabila grounded melibatkan intensi untuk mengeksplorasi sehingga menemukan teori baru, penelitian fenomenologi lebih cenderung deskriptif dan elaboratif saja.
Peneliti yang menerapkan fenomenologi berusaha untuk memahami esensi dari pengalaman partisipan penelitian. Esensi dari pengalaman ini umumnya bisa diketahui melalui observasi partisipatoris dan wawancara mendalam. Esensi dari pengalaman individu adalah fokus penelitian fenomenologi.
Contoh penelitian fenomenologi, misalnya riset tentang ”Eksistensi Komunitas Yahudi di Indonesia”. Untuk memahami bagaimana pengalaman mereka menjadi minoritas di negara yang agamanya tidak diakui oleh pemerintah dan mungkin juga masyarakat, penelitian fenomenologi bisa diterapkan.

Penelitian etnografi

Penelitian etnografi menitikberatkan pada upaya peneliti untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan kelompok kultural tertentu. Istilah “etno” menggambarkan adanya pola kultural yang diyakini dan dipraktikan oleh kelompok tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penelitian ini juga tipikal kualitatif.
Studi etnografi banyak diterapkan dalam penelitian sosiologi dan antropologi. Kelompok yang dipelajari tidak selaku kelompok etnis yang tradisional, namun bisa pula kelompok modern yang dibangun dengan kesamaan kultur modern tertentu.
Contoh studi etnografi, misalnya penelitian tentang ”Kesadaran Lingkungan di Kalangan Backpacker”. Etnografi bisa digunakan sebagai metodologi sekaligus teknik analisis untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan bagaimana kelompok independent traveller atau backpacker ini memaknai problem lingkungan.

Penelitian naratif

Penelitian naratif fokus pada pengalaman hidup individu. Studi yang menerapkan jenis penelitian ini mirip dengan studi biografi. Bahkan beberapa peneliti menyebut bahwa riset naratif merupakan cara terbaik menghasilkan buku biografi.
Eksplorasi penelitian jenis ini dilakukan untuk menggali pengalam hidup individu yang diteliti. Pengalaman hidup tersebut diungkapkan melalui cerita berdasarkan ingatan. Metode wawancara mendalam dan riset dokumen menjadi teknik pengumpulan data yang utama. Meskipun fokus penelitiannya pada pengalaman individu, peneliti bisa melibatkan lebih dari satu individu. Perlu ditekankan di sini, keterlibatan partisipan lebih dari satu tidak dimaksudkan sebagai pembanding.
Contoh penelitian yang bisa menerapkan jenis ini, misalnya tentang ”Hidup di Kapal Karam: Pengalaman Dua Pengungsi dari Myanmar”, dimana peneliti mengangkat kisah hidup dua pengungsi rohingnya yang menyebrangi laut dan kapalnya karam.
Seperti yang telah disampaikan di awal, riset ini bisa digunakan untuk menulis biografi. Tapi riset ini lebih sesuai disebut dengan penelitian yang bersifat biografis.
Studi kasus
Jenis metodologi penelitian studi kasus dilakukan untuk penelitian yang berupaya mengembangkan pemahaman dengan cara mendeskripsikan secara mendalam sebuah kasus yang menjadi fokus penelitian. Penelitian studi kasus melibatkan pemahaman mendalam peneliti terhadap suatu kasus yang diteliti.
Kasus yang diteliti dengan menggunakan jenis metodologi ini bisa berupa peristiwa, program, dan aktivitas yang terjadi pada lokasi dan tempat yang spesifik. Individu yang memiliki pengalaman atau pengetahuan terkait kasus yang diteliti menjadi partisipan yang paling potensial.
Ruang lingkup penelitian studi kasus sangat terbatas bahkan bisa dikatakan sempit, namun mendalam. Peneliti cenderung mengabaikan tema-tema yang muncul bila tidak relevan dengan kasus yang diteliti, semenarik apapun tema yang muncul itu.
Contoh penelitian studi kasus, misalnya ”Penyimpangan Kekuasaan di Pemerintahan oleh Aktivis 98 Pasca Orde Baru”. Peneliti ingin mengetahui bagaimana praktik penyimpangan kekuasaan yang terjadi pasca Orde Baru oleh pejabat yang dulunya aktivis reformasi 98.

Penelitian komparatif

Jenis penelitian ini lebih fleksibel, artinya bisa diterapkan dalam riset kualitatif atau kuantitatif. Penelitian komparatif merupakan perbandingan dua atau lebih kasus yang diteliti. Perbandingan merupakan hasil penelitian yang biasanya ditulis dalam bab temuan penelitian.
Contoh penelitian komparatif, misalnya ”Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Negara-Negara Skandinavia: Sebuah Perbandingan”. Seringkali, perbandingan dilakukan tidak untuk menjustifikasi mana yang lebih baik atau buruk, melainkan untuk memperkaya referensi sebelum kebijakan diterapkan.
Penelitian komparatif juga sering digunakan untuk melihat program mana yang lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan alasan-alasan tertentu. Studi ini, bila dilakukan dengan pendekatan kuantitatif sebenarnya mirip riset cross-sectional. Sedangkan bila dilakukan dengan pendekatan kuantitatif mirip studi kasus, dengan jumlah kasus yang terjadi di dua atau lebih di lokasi berbeda.