Contoh Khotbah Jumat
"Mendidik Anak Menjawab Tantangan Zaman"
Khotbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي
تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و
سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ،
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Salah satu nikmat, amanah, sekaligus
ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hadirnya seorang anak di
tengah keluarga kita. Perilaku lucu, cerdik, menggelikan, sekaligus
menyenangkan, senantiasa mereka tampilkan. Hal itu membuat suasana keluarga
semakin meriah. Hadirnya momongan di tengah keluarga merupakan dambaan pasutri
(pasangan suami–istri) atau orang tua. Karena itu dapat kita bayangkan, betapa
sepinya keluarga, jika anak tak berada di sisi pasutri.
Selanjutnya, cara orang tua
menyambut, menjaga, memelihara, mengarahkan, membimbing, atau mendidik anak
untuk kehidupan anak di masa depan jangka pendek (dunia) dan jangka panjang
(akhirat) akan memberikan andil besar atau bahkan menentukan bagi:
1. Sukses tidaknya orang tua di
dalam bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat dariNya
berupa anak, sehingga anak tidak dicemari fitrahnya.
2. Sukses tidaknya orang tua di
dalam menunaikan amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa anak, sehingga
akan tumbuh anak-anak shalih atau shalihah.
3.Sukses tidaknya orang tua di dalam
menempuh ujian dengan lahirnya anak di tengah keluarga, sehingga anak tidak
menjadi penyebab orang tua meninggalkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Rasulullah sallallahu ‘alahi wa
sallam telah bersabda:
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ
عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ.
“Tidaklah anak manusia dilahirkan
melainkan pasti lahir di atas fitrahnya, maka kemudian orang tuanyalah yang
membuatnya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Berdasarkan hadis ini kita
mengetahui, bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid dan berpotensi
baik). Jika kemu-dian anak menjadi menyimpang, ia menjadi Yahudi/Nasrani/
Ma-jusi, dan ahli maksiat, maka orang tua memiliki andil besar sebagai
penyebabnya. Mengapa?
Sebabnya adalah:
Pertama, orang tua adalah pihak yang sejak awal paling dekat dan
berpengaruh langsung kepada anak.
Kedua, orang tua tidak memberikan perawatan dan pendidikan yang
tepat sejak usia dini. Orang tua justru memberikan pendi-dikan yang menyimpang
dari tauhid dan sunnah
Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam.
Jika orang tua mencari rezeki
(nafkah) dengan cara yang batil (hasil menipu, mencuri, korupsi, riba, memeras,
dan sejenisnya), maka nafkah tersebut tidak berkah (tidak mengandung kebaikan).
Lantas, anak dan istri, juga diri ayah tersebut tumbuh dari perawatan
fisik/jasad (nafkah) yang haram. Pengaruhnya, hati manusia menjadi keras untuk
menerima kebenaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Hal itu akan diperparah lagi dengan
cara, harta dari hasil yang haram tersebut dibelanjakan untuk makanan, minuman,
dan hal-hal lain yang haram (untuk merokok, berjudi, khamr, narkoba, membeli
daging babi dan marus/darah binatang dan sejenisnya). Maka tumbuhlah jasmani
yang tidak sehat. Inilah bentuk perawatan yang menyimpang.
Adapun pendidikan yang menyimpang
terlihat dengan jelas, manakala orang tua menyerahkan pendidikan anak mereka
pada sekolah-sekolah yang tidak menghargai pendidikan Agama secara memadai. Hal
itu diperburuk dengan pendidikan agama yang diajarkan itu pun menyimpang dari
sumber rujukan Islam (Alquran dan sunah).
Berbarengan dengan hal itu, anak
dicekoki dengan berbagai acara di TV, radio, dan sejenisnya selama berjam-jam
setiap harinya. Demikian halnya di masyarakat marak sekali adanya acara
panggung-panggung hiburan yang jauh dari tuntunan Islam. Dilengkapi dengan
pergaulan yang dialami anak, baik di lingkungan keluarga besarnya, di
masyarakat, dan di berbagai kesempatan, jauh dari akhlak Islami. Disempurnakan
dengan bahan bacaan (majalah, surat kabar, tabloid, novel, puisi, kaset/CD/DVD,
dan sejenisnya) yang mengumbar kemaksiatan (pornografi dan sejenisnya), maka
genap lengkap dan sempurnalah pendidikan anak yang menyimpang menjadi
menu/program/kurikulum yang mengarahkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.
Sungguh besar pengaruh orang tua
terhadap anak. Pepatah mengatakan, “Mangga jatuh tidak jauh dari pohonnya.”
Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam pun telah bersabda:
اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ،
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Agama seseorang tergantung
kepada siapa yang menjadi orang yang paling dicintainya. Maka coba perhatikan
siapa orang yang paling dicintai oleh salah seorang dari kalian.” (HR.
Ahmad).
Sadar atau pun tidak, orang tua dan
masyarakat yang demikian telah dengan mulus memberikan jalan kepada program-program
kerja Yahudi, Nasrani, dan Majusi, yang dengan gigih menyediakan semua waktu,
tenaga, dan pikiran, program hiburan, serta hartanya di dalam program
pemurtadan umat Islam dalam bentuk ‘tidak harus berpindah agama’.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ
النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَالَكَ
مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani
tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah,
‘Sesungguh-nya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)’. Dan
sesung-guhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 120).
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Inilah tantangan umat Islam dari
luar dirinya di masa kini dan mendatang. Demikian halnya kelemahan umat Islam
sendiri (tidak memahami Islam dengan benar, taklid, berlebih-lebihan di dalam
mencintai orang-orang shalih, maupun meremehkan agama, tidak istiqamah, dan
sejenisnya, lemah iptek, tak profesional di dalam beramal, dan lain-lain)
merupakan tantangan dari dalam tubuh umat Islam yang harus dijawab umat Islam
sendiri.
Orang tua, khususnya ayah, adalah
pihak yang paling bertanggung jawab untuk menyelesaikan agenda besar ini dalam
lingkup keluarga yakni pendidikan yang sejalan dengan fitrah anak. Pendidikan
anak yang demikian dapat menghadapi tantangan masa kini dan masa depan yang
bersifat materialistis, liberalistis, anti AGAMA, dan pengumbar nafsu yang
diciptakan oleh Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا
أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَايُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tah-rim: 6).
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Sekiranya orang tua sanggup
mengatasi tantangan dari dalam dan luar tersebut, dengan cara memberikan
perawatan yang baik dan halal, serta pendidikan yang berbasis Islam yang
mengembangkan fitrah anak, maka akan lahir anak-anak yang bertauhid, berbuat
baik, menguasai bidang keahlian yang dipilihnya, dan istiqamah di atas Din yang
haq (Dinul Islam). Akhirnya kelak akan lahir anak-anak yang sanggup menghadapi
tantangan materialisme, liberalisme, anti Agama, dan para pengumbar nafsu
produk dan antek Yahudi dan Nasrani. Insya Allah Subhanahu wa Ta’ala
mereka akan mengungguli musuh-musuh Allah, musuh-musuh Islam, dan musuh-musuh
kaum Muslimin hari ini dan ke depan.
Demikian halnya, anak merupakan
amanah.
Orang tua yang sukses adalah mereka
yang sanggup mengem-ban amanah. Sesunguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah mempercayakan makhlukNya (berupa anak) untuk dirawat/diasuh dan dididik
oleh orang tua. Orang tua yang menyadari hal ini, mereka akan memperkuat
keikhlasan, kesabaran, dan kesungguhannya di dalam merawat dan mendidik amanah
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Anak merupakan asset masa depan (dunia,
jangka pendek dan akhirat, jangka panjang). Tanpa keikhlasan, kesabaran, dan
kesungguhan (juhud) yang prima, niscaya orang tua akan menghadapi kegagalan di
dalam menunaikan amanah.
Orang tua hendaknya mengerahkan
segala daya upaya –yang juga merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala
– untuk meraih keuntungan/kebaikan dunia akhirat bagi diri mereka dengan cara
menunaikan amanah yakni merawat dan mendidik anak. Mereka selalu mengingat dan
melaksanakan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ، أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ،
أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ.
“Apabila anak Adam (manusia)
meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR.
Muslim).
Anak shalih/shalihah tidaklah akan
mungkin terwujud, manakala perawatan dan pendidikan terhadapnya menyimpang.
Oleh karena itu, orang tua yang menghendaki buah yang segar di dunia maupun di
akhirat berupa anak shalih/shalihah, maka hendaknya mereka mempersiapkannya
sebaik mungkin sejak dini.
Anak shalih adalah anak yang berbuat
baik yakni anak yang tergambarkan di dalam Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
berikut ini :
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللهَ
لاَيُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah
kamu menyekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba saha-yamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang som-bong dan
membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa`: 36).
Berdasarkan ayat ini, anak/orang
yang baik adalah:
1. Bertauhid dan tidak menyekutukan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Birrul walidain (berbakti kepada
ibu bapak).
3. Berbuat baik kepada sesama
manusia.
4. Tidak sombong dan bangga diri.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Anak shalih yang berciri-ciri
seperti digambarkan pada surah an-Nisa` 36 itulah yang sanggup menjawab
tantangan zaman, yang sanggup mengatur dunia ini dalam rangka taat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Dan hal itu merupakan karunia dariNya kepada siapa
yang Dia Kehendaki. Perhatikan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala “
وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا
مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ
كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ
فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih,
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada menyekutukan
sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55).
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khotbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Upaya orang tua berikutnya dalam
rangka menyiapkan anak menghadapi tantangan zaman di masanya adalah bahwa sejak
awal orang tua harus menyadari bahwa anak merupakan ujian bagi diri mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan karunia anak, berarti Allah Subhanahu
wa Ta’ala juga sedang menguji orang tua. Luluskah dalam ujian?
Ujian yang datangnya dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala memiliki tujuan untuk mengetahui dengan sebenarnya siapa yang
benar-benar beriman dan siapa yang dusta; siapa yang bersungguh-sungguh dan
siapa yang bermain-main; siapa yang terbaik amalnya dan siapa yang merugi. Hal
ini banyak disebutkan di dalam Alquran al-Karim. Di antaranya :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ
مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ
“Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia;
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14).
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا
مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ
وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan anak-anak yang lemah di belakang
mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa`: 9).
وَاعْلَمُوا أَنَّمَآ أَمْوَالُكُمْ
وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةُُ وَأَنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرُُ عَظِيمُُ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu
dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal: 28).
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Jika kita sebagai orang tua –lebih
khusus sebagai ayah- sanggup merawat dan mendidik anak dengan berbasiskan
Islam, sehingga ciri-ciri anak shalih seperti tersebut di atas teraih, maka
inilah bukti kita mengikuti dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan Rasul-Nya, bukti bahwa kita cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan Rasul-Nya, bukti bahwa kita telah bersungguh-sungguh (berjihad) dalam dunia
pendidikan fi sabilillah.
Anak adalah ujian yang jika kita
kurang hati-hati, akan menempatkan kita pada derajat fasik, mengapa? Sebab jika
kita teledor, maka saking cintanya kita kepada anak, dapat melalaikan kita dari
cinta dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya, dan berjihad
di jalan-Nya. Perhatikan Firman-Nya:
قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ
وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ
اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَآ
أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا
حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusanNya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24).
Karena itulah, mari kita siapkan,
kita rawat, dan kita didik anak-anak kita untuk menghadapi berbagai tantangan
zaman seperti materialisme, komunisme, sekularisme, liberalisme, dan berbagai
ismeisme lainnya buatan manusia yang dimotori oleh Yahudi dan Nasrani serta
Majusi.
Kita rawat dan didik anak-anak kita
dengan basis Islam untuk mewujudkan anak-anak yang shalih. Anak-anak yang
beriman/ bertauhid, istiqamah di atas keimanan dan ketakwaan, berakhlak
karimah, dan profesional/ahli di bidang spesialisasinya. Dengan anak yang
shalih inilah dunia akan aman, tentram, sejahtera dalam keadaan tunduk patuh
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian, kita telah mencapai
tujuan diciptakannya manusia itu sendiri di dunia ini.
Marilah kita tundukkan hati, pikiran, dan perasaan kita ke
hadapan Allah, Rabbul ‘alamin. Kita memohon kepadaNya, semoga berkenan kiranya
Dia menurunkan karunia, taufik, hidayah, dan inayahNya kepada kita semuanya,
amin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا
نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ
بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ
وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar